Kamis, 03 Maret 2011

“Mestinya Burhanuddin Husin –Zulher Menilai Diri Sendiri”


H Sartuni Datuk Paduko Marajo :
BANGKINANG, -- Gonjang-ganjing persoalan Kandidat Partai Golkar Kampar Burhanuddin Husin dan Zulher terus menjadi perbincangan hangat semua kalangan dan melahirkan berbagai pandangan baik pro maupun kontra.
Meski mendapat kritikan tajam dari sejumlah kader Golkar sendiri, seiring atas mundurnya Bunyana dan Abu Nazar dari kepengurusan Golkar Kampar beberapa waktu lalu dan adanya pandangan Wakil Ketua DPD Golkar Riau, Zulfan Heri menilai Burhanuddin Husin tidak layak lagi diusung Golkar jadi Bupati dalam pilkada Kampar mendatang, namun Partai Golkar Kampar tetap berkomitmen menjagokan, duet Burhanuddin Husin dan Zulher maju dalam pilkada Kampar yang akan dikukuhkan pada Kamis (10/3) mendatang.
Berbagai pandangan dari beberapa narasumber soal kandidat balonbup dan wabup Kampar yang bakal diusung Partai Golkar Kampar maju dalam pilkada Kampar Oktober 2011 mendatang yang ditentang karena memiliki track record kurang baik dan dinilai tidak layak untuk diusulkan lagi muncul kepermukaan.
Salah seorang Tokoh masyarakat Air Tiris, H Sartuni Datuk Paduko Marajo  yang berhasil dihubungi, Kamis (3/3) kemarin yang dimintai komentarnya Sartuni atau yang akrab dipanggil Datuk Tuni malah balki bertanya, “Apa tidak salah Partai Golkar Kampar tetap mengusung kandidat balonbup dan wabup itu, apa Golkar akan mengulangi kekalahan seperti di Rohul”, tanyanya.
Lebih lanjut Datuk Tuni menegaskan, “layak tidaknya ikut maju dalam pilkada semestinya yang dapat menilai itu adalah Burhanuddin dan Zulher sendiri”, ucapnya seraya mengatakan, bahwa pendapatnya tidak jauh berbeda dengan Zulfan Heri.
Carilah bakal calon yang lain, kader Golkar yang lebih baik, yang lebih berpotensi banyak, yang tidak kena dosa masalah, jangan takut tidak ada kader untuk maju jadi kandidat, banyak generasi lain yang muda yang energik dan lebih berpengalaman dapat diusung Golkar, “semua ini hanya kepentingan propinsi saja, kalau bisa Riau ini dijual, kita selama ini diobok-obok saja, mereka cuma janji-janji politik belaka, kebanyakan ingkar”, ujar Datu Tuni santai.
Partai Golkar harus cermat, Kampar berbeda dengan daerah lain, kebanyakan orang salah terka, dikhawatirkan kedua pasangan ini akan di diskualifikasi di tengah jalan saja, “banyak hal yang menurut masyarakat yang harus dikritisi namun tidak sempat mereka perbaiki lagi, salah satu contoh dalam hal penerimaan CPNS amburadul”, tegasnya.
Terkait status tersangka yang disandang Burhanuddin husin, Datuk Tuni tidak dapat memvonis seseorang bersalah atau tidak, “keputusan yang mengatakan Burhanuddin Husin  bersalah itu adalah Pengadilan, namun kalau memang tidak bersalah mengapa tidak diputihkan agar langsung menang, kalau memang bersalah mengapa status tersangka itu terlalu lama hingga 3,5 tahun”, Tanyanya lagi.
Datuk Tuni meyakini, DPP Partai Golkar akan mengambil keputusan yang terbaik, “kalau sudah lampu kuning untuk Burhanuddin, maka akan berubah menjadi lampu merah, kalau dipaksakan juga, Golkar akan jadi korban lagi atau memang sengaja membuat Golkar kalah di Riau ini, karena ada kepentingan pejabat Riau ini yang ingin menjadi menteri”, tegas Datuk Tuni.
Pandangan berbeda disampaikan Sekretaris Bapilu Dapil I DPD Golkar Kampar, Zulhendri, “mundurnya dua kader Golkar itu, itu hak pribadi mereka, namun saya menilai kedua kader itu bukanlah kader Golkar militant, mereka sudah banyak partai yang meraka masuki”, ujarnya.
Zulhendri membantah, kalau Burhanuddin Husin disebut telah tendensius dalam mengambil keputusan sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kampar, “dalam rapat pleno Burhanuddin Husin selalu terbuka terhadap aspirasi Kader, namun dari kader Golkar yang hadir dalam rapat tidak ada yang mau bertanya atau berpendapat, gaya dan karakter kepemimpinan Burhanuddin Husin ya seperti itu, tidak bisa menyamakan semua orang dalam memimpin, tergantung cara kita memandangnya apakah merasa diinterfensi atau tidak”jelasnya.
Tidak benar ada interfensi, pendapat kader didengarkan oleh Burhanuddin Husin kok, salah satu contohnya, Ahmad Fikri yang meminta agar Burhanuddin menemui HM Amin HS menjadi Dewan Penasehat Golkar, Burhanuddin Husin mau menemuinya, itu satu bukti bahwa Burhanuddin Husin tidak interfensi, Cuma saya menyayangkan ketika saya menyampaikan agar semua bisa berpendapat, jangan lain di dalam rapat berbeda pendapat diluar forum Golkar, jelasnya.
Terkait Komentar Zulfan Heri itu, Zulhendri mengatakan Pendapat orang itu merupakan sebuah masukan, “kita pandang dari sisi positif, saya tidak bisa mengomentari mengapa Zulfan Heri berkomentar seperti itu”, jelasnya.
“Layak tidak layak Burhanuddin itu, tidak bisa dinilai secara individu, partai yang menilai, kriterianya seperti apa, partai kan ada survey, aspirasi hari ini dari seluruh Pimpinan Kecamatan, Burhanuddin Husin sebagai kandidat dari Golkar, rapatnya seperti itu dan itu tidak dikondisikan”, katanya.
Zulhendri mempertanyakan hasil survey apa yang disampaikan Zulfan Heri itu, hasil survey itu harus, “Zulfan itu punya survey sendiri, partai punya survey tersendiri, ia kan orang Golkar, mengapa ia seperti orang oposisi, ada apa?”, jelasnya.
Nurmailis Syaiful mantan pengurus Golkar Kampar, menambahkan, “Zulfan Heri mengeluarkan statement harus punya tolak ukur, itu statement sepihak saja, mestinya memberikan penilaian itu harus ada tolak ukurnya, survey itu harus berimbang, siapa saja yang ada di survey tersebut, angka 30% siapa bandingnya dari mana, kalau untuk Kampar masih solid mendukung burhanuddin, Komentar Zulfan Heri itu nyeleneh jelas Syaiful. (netty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI BLOGERKU