Minggu, 12 Desember 2010

“Penghambaan Hanyalah Kepada Tuhan”


Tak banyak yang mengerti seni, tak banyak yang memahami dan mau peduli terhadap seni, padahal seni merupakan sebuah sisi menarik dalam hidup ini. Tanpa seni tiadalah indah dan tak berarti apa-apa dalam menjalani hidup ini.
Sebuah makna seni dilukiskan oleh seorang pemuda Kampar asal Kuok, Khalil Zuhdy yang telah berkarya ke 6 negara dan ke berbagai propinsi yang ada di Indonesia ini adalah sebuah coretan wajah dirinya sendiri berjudul “Potret Penghambaan Diri” dibuatnya  pada bulan Juni tahun 2010 di atas kertas canvas berukuran 220 cm x 170 cm dengan media Oil Colour sekarang tersimpan di ruang koleksi pribadinya.

Lukisan ini sungguh sangat menarik bila dicermati secara mendalam, sepintas Cuma terlihat sebuah coretan-coretan tangan yang tak bermakna dan tidak bernilai apa-apa. Khalil Zuhdy menampilkan lukisan wajahnya yang penuh dengan coretan-coretan semerawut berwarna hijau, ternyata coretan wajahnya itu bermakna mendalam, “khusus lukisan dengan kerumunan di wajah saya itu bertuliskan kata Abdun, yang saya lukiskan berkali-kali secara vertikal, “Abdun adalah bahasa Arab yang artinya Hamba, atau seseorag yang dipekerjakan”, jelasnya.
Tulisan Arab Resmi ada 7 macam penggayaan, untuk Abdun ini di tulis dengan gaya kaligrafi Diwani, yang saya tulis secara vertical dimana Penghambaan diri kepada Tuhan secara vertical hanyalah kepada Allah dengan implementasi penghambaan diri terhadap kebudayaan dan dalam keberadaan hidup di tengah Masyarakat bergaris horizontal penghambaan adalah untuk kebudayaan dengan segala potensi diri.
Hidup Untuk Mengabdi, Bukan Untuk Merajai.
Terinsfirasi karena fakta dan kenyataan yang sering terjadi, dimana orang-orang yang berpotensi dimintai bekerja. Atas dasar kepercayaan yang diberikan, si pemilik potensi bekerja, menuangkan ide, pikiran dan karyanya semaksimal mungkin untuk mewujudkan sebuah harapan, namun sayangnya yang mendapatkan pencitraan dan keuntungan yang lebih baik adalah yang mempekerjakan si pemilik potensi atas karya si pemilik potensi yang tak ubahnya seperti budak/hamba.
Lebih jauh Khalil bertutur bahwa dalam menjalani hidup hanyalah untuk mengabdi, bukan untuk merajai. Sebuah bentuk koreksi disampaikan Khalil kepada Seputar Kampar, tentang bagaimana seseorang sering menerapkan bentuk prilaku yang tidak wajar dan tidak bijaksana terhadap hasil karya, orang lain, sepertinya ide pikiran dan tenaga serta segenap potensi orang lain tidaklah berkesan dan bernilai apa-apa bagi si pemiik karya, pemilik ide gagasan yang muncul kepermukaan yang mendapat nama baik, citra serta keuntungan justru orang yang memiliki kekuasaan dan keuangan dengan segala macam power, setelah diperas habis kemudian dilakukan pencaplokan karya, pencaplokan ide/gagasan.
Khalil mencontohkan bentuk protesnya itu pernah dialaminya ketika diminta untuk mengisi kegiatan dekorasi untuk acara MTQ Tingkat Propinsi di Kabupaten Kuansing 2 bulan yang lalu, “saya diminta untuk mendekor, saya dekor dengan maksimal, saya modali sendiri, saya bawa anggota saya, namun  sampai sekarang saya belum terima apa-apa dari hasil karya saya itu”, ucap Khalil penuh kecewa.
Khalil melanjutkan, panitia atau orag yang bertanggungjawab atas dirinya mendekor itu hanya berjaji dari minggu depan ke minggu depan, yang seperti ini sering kali terjadi, dari jauh di panggil untuk menyumbangkan sesuatu, pulang dengan tangan kosong. (nty-bt1)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI BLOGERKU