Minggu, 24 Oktober 2010

Penerbitan Kamus Bahasa Ocu Jilid II Terhalang Dana

“Ingin Jadikan Bahasa Ocu Masuk Kurikulum”

            Tidak banyak bahasa daerah dapat menjadi bahasa tuan rumah bagi daerah yang bersangkutan, karena itu harapan yang begitu besar lahir dalam benak Syaifullah warga Salo yang kesehariannya adalah wartawan dan sekaligus pimpinan dari media lokal Sanggam untuk menjadikan bahasa daerah Bangkinang yang dikenal dengan bahasa ocu dapat menjadi tuan rumah atau dipakai dan dimasukkan dalam kurikulum untuk dipelajari oleh pelajar di sekolah-sekolah yang ada di Kabupaten Kampar khususnya.
Usulan ini memang tidak segampang membalik telapak tangan, Syaifullah yang telah memiliki ide menerbitkan kamus bahasa ocu ini sejak ia duduk di kelas 2 MAN Kuok dan mulai merancang penyusunan kamus bahasa ocu dalam sebuah buku sejak tahun 2000 ini masih menaruh angan-angan agar idenya dapat diwujudkan dan tahapan pertama sebagai besarnya keinginan Syaifullah ini untuk memberikan pedoman bagi masyarakat Bangkinang  dalam menggunakan bahasa ocu dengan benar, apalagi kepada para pendatang atau orang rantauan yang tinggal di Kampar sebagai bahasa adaptasi untuk membaur dengan warga pribumi,
Indonesia yang kaya bahasa, ini perlu sebuah acuan untuk mempermudah dalam berinteraksi dan berkomunikasi antar sesamanya. “Dulu saya gemar sekali membaca kamus bahasa Inggris dan lumayan pandai berbahasa Inggris, kalau ada kamus bahasa Inggris, kamus Bahasa Indonesia, bahasa Arab, German, Mandarin/China dan ada kamus bahasa lainnya, mengapa tidak kita punya kamus bahasa ocu dan saya sudah ngecek ke perpustakaan-perpustakaan di sekolah-sekolah, kamus bahasa Ocu belum ada, apalagi Kabupaten Kampar yang terdiri dari 21 kecamatan ini memiliki bahasa yang berbeda-beda, baik dalam dialeg maupun dalam penulisan bahasanya untuk satu kata berbeda-beda arti, maka saya memulai meneruskan ide saya itu untuk dituangkan dalam sebuah buku Kamus Bahasa Ocu”, jelas Syaifullah.
Syaifullah mencontohkan satu kata yang memiliki makna berbeda-beda dari masing-masing kecamatan seperti kata “sampan” dalam bahasa daerah Bangkinang dan Air Tiris sebutannya adalah “sompan”, di daerah Kampar Kiri sebutannya adalah “piyau” sedangkan dari Danau Bingkuang sampai ke kecamatan Siak Hulu kata “sampan” disebut “poghau”.
Dalam memulai menyusun kata perkata dalam bahasa Ocu itu Syaifullah membagi 4 wilayah besar di Kabupaten Kampar untuk mencari makna kata per kata yakni pertama Kecamatan Tapung, kedua kecamatan 13 Koto Kampar, ketiga daerah 5 koto (dari Tambang sampai Kuok) dan keempat wilayah kecamatan Kampar Kiri sampai Siak Hulu. Dari 4 wilayah besar itu memiliki dialeg berbeda-beda dan penggunaan kata-katanya juga berbeda, namun dari kata-kata yang berbeda makna serta penulisannya itu dipilih kata-kata yang bisa dimengerti secara umum untuk dimuat dalam kamus bahasa ocu itu, seperti kata “sampan dan piyau atau poghau”  tadi bahasa umumnya dipakai adalah kata “sampan”, jelasnya.
Pembuatan kamus bahasa Ocu ini lanjut Syaiful, saya mulai serius untuk menyelesaikan pembuatannya pada tahun 2004, waktu pengendapannya yang lama, salah satu kendalanya karena waktu itu saya belum komputer, masih memakai mesin tik biasa, setelah saya punya komputer maka saya dapat menyiapakan 17 ribu kata yang saya susun setiap hari dan saya bawa kemana saja pergi, sambil main ke kecamatan-kecamatan mencari informasi kata, namun karena keterbatasan survey dan terdapat sejumlah kata yang sulit diterjemahkan dalam bahasa Indonesia maka kata yang dapat disusun dalam kamus bahasa ocu hanya 7000 kata saja, jelasnya
Kamus Bahssa Ocu ini sudah diseminarkan dalam “Seminar Sehari Kamus Bahasa Ocu”, sekitar bulan Desember tahun 2005 lalu yang acaranya dibuka oleh mantan Bupati Kampar H Jefry Noer, “Kamus Bahasa Ocu ini saya cetak sebanyak 1000 eksemplar atas nama “Theather Bangkinang Poject atas bantuan dana APBD Kampar”, “saat ini saya sudah siap kamus bahasa ocu jilid II untuk diterbitkan sebanyak 7500 kata berbentuk kamus saku, yang semestinya sudah terbit bulan Juni 2009 lalu, namun sampai saat ini masih terhalang dana penerbitan, saya sudah berupaya ke berbagai pihak termasuk bertemu dengan Bupati Kampar Drs H Burhanuddin Husin MM namun sampai saat ini belum ada tanggapan”, jelas Koordinator Seni Sastra DKK (Dewan Kesenian Kampar) ini kepada Koran Riau, Ahad (24/10) kemarin.
Selain itu, Syaifullah telah mempersiapkan buku panduan Bahasa Ocu   bagi siswa agar lebih memahami dalam penggunaan kata dan dialeg bahasanya seperti sebuah buku compertation, “Dengan lahirnya kamus Bahasa ocu ini, penggunaan  Bahsa Ocu hendaknya memiliki identitas yang jelas, bisa menjadi bahasa tuan rumah di negeri sendiri, syukur-syukur bisa masuk dalam kurikulum di sekolah-sekolah, namun semua itu perlu dukungan banyak pihak”.
Jika kita tidak punya acuan yang jelas, maka tidak ada keseragaman dalam pengucapan bahasa dan pemakaian kata yang benar dan pas, “Saya sering bertemu dengan warga masyarakat yang menggunakan tulisan bahasa yang kurang pas, dan contoh nyata pemasangan papan nama di Kantor “Desa Balai Jering” Air Tiris Kecamatan Kampar yang seharusnya kata Balai Jering tidak harus dirubah tetap menggunakan kata asli bahasa daerah yakni “Balai Joyong”, ucapnya. (netty)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG

SELAMAT DATANG DI BLOGERKU